Senin, 25 Februari 2013

Usahaku Untuk Mendapatkanmu


Usahaku Untuk Mendapatkanmu

oleh Iqbal Galileo Figaro pada 20 Desember 2012 pukul 20:53 ·
aku alfin seorang anak remaja yang berumur 17 th. Memang aku akui, aku punya masalah dengan penampilan. Banyak teman sering mengejekku karena hal itu. Aku yang selalu memakai kaus kaki panjang dan penampilan sangat rapi. Juga tak lupa rambut yang selalu aku sisir ke arah kiri. Aku sadari juga kulitku cokelat dan sangat tidak menarik untuk dimiliki. Tetapi aku sadari itulah yang terbaik buat diriku. Namun, aku senang semua telah berubah. Justru lebih baik. Ini semua berawal ketika aku mengenal annisa.
Hari itu hari biasa saja, pergi kesekolah dengan penampilan khasku. Tumben saja, hari ini tidak ada ledekan. Aku senang sekali tidak ada yang mengusik. Hari yang biasanya bikin aku kesal, sekarang tidak. “Wah damai hidupku hari ini” pikirku. Bel sekolah terdengar, ku pergi ke kantin. Melewati sebuah cermin, lalu aku pikir sebaiknya bercermin untuk sekedar memastikan penampilanku rapi. Ketika aku bercermin berpikir rambutku sudah panjang, dan aku juga pikir sudah waktunya dicukur. Pulang sekolah aku bergegas dan berganti pakaian rumahan. Ditemani sepeda motor tua milik ayahku menuju tempat pangkas rambut.
“mau dicukur gimana dek?” kata si tukang cukur.
“ditipisin saja mas, poninya jangan dipotong” pintaku pada tukang cukur.
“gimana kalau di potong gaya emo dek?” tambah tukang cukur.
“emm, iya deh mas, terserah yang penting cepet” jawabku dengan ekspresi terburu-buru.
Maklum, semua tugas sekolahku belum aku kerjakan. Memang tidak harus dikumpulkan hari esok. Tapi hanya untuk berjaga-jaga agar tidak lupa. Sekitar 15 menit potong rambut aku terkejut dengan rambutku yang jabrik. Sungguh aku kaget dan merasa takut. Campur aduk sudah pikiranku, rasanya ini bukanalah diriku. Esok pagi ku berangkat sekolah dengan rasa berbeda dan sangat malu. Teman-temanku semua pada keheranan dengan kondisiku yang baru dan berbeda. Aku kini merasa lebih percaya diri. Awalnya aku pikir penampilanku bagus, namun ternyata aku salah kaprah. Penampilanku justru aneh, hanya rambut yang berubah. Aku pikir aku benar-benar seorang cowok pecundang yang memiliki rasa GR tingkat tinggi. Sungguh kecewa dan malu saat itu.
                Suatu ketika, kala itu aku bertemu dengan siswi lainnya, seorang cewek dengan rambut panjang lurus serta kulit kuning langsat. Pribadinya juga polos namun tetap saja sikap polosnya bukan berarti dia kuper seperti aku. Maklum, apa sih yang bagus dari diriku ini. Aku selalu minder untuk berteman. Hari itu entah apa dipikiranku. Sungguh benar-benar pikiran yang sangat aneh bagiku.
                Esok harinya karena hari itu kebetulan adalah hari minggu , iseng-iseng aku pergi ke warnet yang paling dekat denagn rumahku. Cukup jalan kaki, sekitar 10 menit aku tiba di warnet. Sesampainya aku langsung mencari tempat kosong dan tentunya nyaman. Kumulai dengan membuka akun facebookku. Sekedar untuk mencek apa saja yang selama ini terjadi. Tiba-tiba terlintas dipkiranku membuka situs lainnya. Lalu aku bukalah sebuah situs dimana semua berisi tips perawatan tubuh dan bagaimana cara menjadi cowok cakep. Wah aku pikir ini akan bermanfaat buatku. Langsung saja ku copy kedalam flashdisk 4gb berwarna hitam milikku. Aku pulang dan melihat kembali isi file yang telah ku copy tadi di computer rumah. Aku terus berulang-ulang membacanya namun bukan apa-apa yang kudapatkan. Justru melamun seorang cewek yang kemarin aku temui. Apa sih perasaan ini sebenarnya. Aku benar-benar tak mengerti.
                Hari senin, seusai upacara sekolah aku kembali kedalam kelasku. Rasanya aku tak tahan untuk bercerita pada temanku tentang cewek yang aku temui. Aku deskripsikan orang itu pada temanku indah namanya. Dia satu-satunya temanku yang paling akrab dengan diriku. Sibuk bercerita, cewek itu lewat kelasku.
                “itu indah, cewek yang aku ceritain ke kamu!” jawabku sambil senyum-senyum malu
                “oh, dia temanku. Teman sekaligus tetangga rumahku yang baru saja pindah.
Jadi dia sekolah disini. Annisa namanya!. Mau aku kenalin?” jawab indah
“jangan-jangan. Aku malu” sambil menutup mulut indah yang berusaha berteriak mencari perhatian annisa. Namun annisa hanya tersenyum, lalu pergi.” Wah, cuek banget ya orang ini” pikirku. Selain itu, kini aku justru malu setelah bercerita ke indah. Sedikit kaget ketika tau dia berusaha teriak. Arrgggh, untung saja sempat aku cegah.
Esok paginya, aku bangun seperti biasa, dan menyempatkan bercermin untuk memastikan ada perubahan yang bagus. Tapi tidak, justru malah mengecewakan. “oh tidak, apaan ini. Wajah kusam, eh ditambah jerawat juga?” teriakku dalam hati. Bergegas aku ke kamar mandi dengan segala cara aku berusaha menghilangkannya lalu pergi kesekolah. Bukannya kabar baik, justru hasilnya menjadi kabar buruk. Jerawat kini menjamur diwajahku. Semakin jauh saja kesempatanku untuk mendapatkan annisa. Ah, benar-benar jerawat ngesellin. Akhirnya aku coba untuk menggunakan sabun jerawat. Namun hasilnya tetap saja, justru kini kulitku semakin tidak nyaman akibat kering.
Hari-hari aku jalani dengan rasa tak percaya diri yang semakin tinggi. Jangankan menyapa aku. Annisa sedikitpun tak ingin melirikku. Aku benar-benar merasa tak pantas untuk dia. Sepulang sekolah aku lempar tas dan sepatu hingga berserakan di kamar. Aku rebahin tubuh sejenak diatas kasur kecilku yang nyaman. Terlintas dipikiranku saat ini untuk membuka file itu lagi, aku langsung bangun dan membuka file-file itu, lalu kucatat semua bahan yang diperlukan. Aku berinisiatif untuk melakukan semua tips itu selama liburan sekolah tahun ini. Ketika liburan sekolah dimulai, semua bahan mulai aku keluarkan dari dapur. Mulai dari bengkuang, belimbing wuluh dan sebagianya. Aku coba untuk mulai melulur tubuh lalu melakukan perwatan wajah untuk menghilangkan jerawatku. Sedikit demi sedikit telah tampak perubahan. Semua bekas jerawat sudah hilang. Rambutku juga telah aku panjangkan dengan tidak mencukurnya hingga tak kalah seperti personil boyband yang sering muncul ditelevisi.
Setelah liburan selesai aku harus kembali kesekolah lagi. Kini semua telah berubah. Rambut agak aku acak-acakin, celana aku tarik lebih kebawah dan kaus kaki pendek serta memakai jam tangan disebalah kiri. Aku juga tak lupa menyemprotkan parfum sebelum masuk kelas. Aku datang masih tetap terlalu pagi. Jadi teman-teman belum datang. Aku duduk di kursi di koridor luar kelas. Tampak dari jauh annisa datang dengan menenteng helm ink hitamnya. Aku menarik napas dalam-dalam dan mencoba untuk untuk berani menghampirinya.
“Nisa, annisa tunggu dulu. Aku pengen ngomong sebentar sama kamu. Sebenarnya aku selama ini suka sama kamu nisa!” kataku agak gugup. Suasana pagi yang masih hening,dan annisa tak menjawab sepatah katapun. Dia hanya menatap mataku dan terlihat sedikit air mata tampak dari matanya. Lalu dia pergi tanpa memberikan aku jawaban. Menatapnya dia pergi aku tak mampu berkata apapun. Sakit hati terasa begitu sulit untuk disembuhkan. Aku kembali ke kelas dan duduk dikursiku dengan penuh rasa kecewa. Sedikit demi sedikit teman-teman berdatangan. Semua mengomentari penampilan diriku sekarang. Mereka tampak sungguh kaget dan senang sekarang memiliki teman seperti aku. Hari-hari berjalan, kini aku telah menjadi pembicaraan dikalangan cewek sekolah. Tapi sungguh tak sedikitpun aku merasa senang. Seharusnya usaha ini berhasil mendapatkan hati annisa. Tapi justru menjadi hal yang sia-sia. Rasa galau yang sebelumnya tak pernah kurasakan, kini sepertinya menjadi makanan tiap hari. Aku masih belum bisa menerima sikap annisa buat aku.
Hari minggu pagi aku coba menghibur diri dengan jalan-jalan di puncak bukit dibelakang sekolah. Sendirian dan suara heninglah yang menemaniku. Suhu yang dingin di pagi hari tidak membuatku lupa memakai jaket. Aku duduk dan menatap bangunan-bangunan dari puncak bukit. Tak sadar rupanya disampingku agak jauh ada seorang cewek. Rupanya dia annisa. Aku hampiri dan mencoba meminta alasan atas pertanyaanku. Dia hanya terdiam dan meneteskan air mata. Lama waktu berselang, annisa mulai bicara dengan nada kecilnya.
“sebenarnya aku sering memperhatikanmu. Sejak aku pindah ke sekolah ini, aku bisa melihat ketulusan hatimu. Hanya saja aku tidak ingin mengungkapkan rasa ini. Aku takut hanya akan membuat aku sakit hati. Ketika kau menanyakan itu padaku, aku terharu mendengarnya. Namun aku tak ingin mengambil keputusan dengan cepat. Aku suka kamu apa adanya. Kamu tak perlu menjadi orang lain, jadilah dirimu sendiri fin. Apapun itu, aku tetap menyukaimu. Kamu berbeda. Kamu istimewa bagiku” jawab annisa padaku. Aku meneteskan air mata. Memeluk tubuhnya erat-erat. Sesekali menatap wajahnya.
“jadi annisa, kamu mau gak jadi pacarku?” tanyaku sedikit ragu. dia terdiam sejenak dan lalu tersenyum
“iyaa, aku mau jadi pacarmu fin. Aku mau!” jawabnya dengan senang.

Namun, kini dia tak lagi manjadi pacarku setelah 10 tahun berlalu pacaran. Aku putus dengan dirinya, walaupun kini dia bukan pacarku. Tapi kini dia telah menjadi istriku dan memberiku dua orang anak yang cantik dan tampan

1 komentar: