Senin, 25 Februari 2013

Cornetto Cokelat Terakhirnya

.::My Lovely Story::.


Cornetto Cokelat Terakhirnya

oleh Iqbal Galileo Figaro pada 12 Januari 2013 pukul 4:45 ·
Ketika itu saat aku  mengotak atik akun facebookku dengan ditemani cemilan ice cream cornetto mini cokleat disampingku. Iseng isenglah ku coba untuk sering mencari perhatian salah satu akun facebook yang telah menjadi temanku di dunia maya. Kita tak saling mengenal satu sama lain. Setiap hari aku like apa saja yang dia share dalam kronologi facebooknya. Hingga suatu hari ketika itu kita berdua sama sama saling online. Tanpa basa basi lagi aku pun ajak chatingan dengannya. Yola namanya, dengan rambut terurai panjang, kulit putih dan manis. Seperti biasa, jiwa raja gomblaku bangkit jika udah deket ma cewek cantik, walau hanya di depan layar monitorku dan didunia maya pula. Selain itu, wajahku sih banyak juga yang bilang cakep (hehehe). Sesekali rasa percaya diriku timbul, dan selalu saja merapikan rambutku. (set set, cakep dah. Ngaca dulu ahh). Yup saatnya kumulai chat dengannya.
“semangaaat brooo!!!” teriakku dalam kamar pribadiku yang udah aku tempel tulisan keep out disisi luar.
“heei, met siang. Lagi ngapain” kutulis dengan penuh harapan.
“siang juga. Online aja nih. Ini siapa?” jawabnya.
 “kenalin, namaku iqbal. Sala kenal dariku” tulisku pada jendela obrolan facebook.

                Akhirnya kamipun terlibat percakapan yang cukup seru. Chatingan disiang hari yang panas selalu membuatku ketagihan cornetto mini, aku siapin deh lagi setelah ngambil dari kulkas. Dan aku letakkan di samping layar laptopku. Lama chatingan tak terasa, sepertinya dia juga merasa tertarik padaku. Langsung saja ku tanyakan pin BB atau Whatsappnya jika dia punya. Dan untungnya lagi dia berbaik hati padaku dengan memberi PinBBnya. 3 jam setelah lelah chatingan di depan laptop, aku coba kirim dia BBm. Ternyata dia juga nungguin aku ngirim BBmku. Seneng rasanya, rebahan diatas kasurpun terasa rebahan tubuh diatas empuknya awan putih. Melayang rasanya (hehe).
                Kami cukup saling mengenal dan memutuskan untuk saling bertemu. Dia tak begitu jauh dari rumahku. Cukup sekitar 25 menit ku tempuh dengan motorku yang sudah kubersihkan supaya terlihat kinclong dan keren. Tak lupa juga ku bawain dia ice cream cornetto nanti di toko terdekat dari rumahnya. Berhenti di sebuah swalayan mini dipinggir jalan, ku beli dua cone ice cream cornetto. Aku bawa dengan perasaan senang menuju kostan yola. Yola telah menunggu di sebuah kursi taman di halaman kost kostannya.
“hei soree, lama nungguinya? “ kataku sambil turun dan memarkirkan sepeda motorku disamping pohon taman.
“gak papa kok bal, lagian aku baru saja keluar. Gerah didalam” jawabnya dengan senyum lembut.
“aku punya sesuatu buat kamu yola. Kamu tutup mata deh!” kataku.
Yola pun menutup matanya denga tampak gelisah karena penasaran.
“udah, sekarang kamu bisa buka mata kamu yola”. Ucapku sambil member cornetto di tangan kananku.
“waaah, ini kesukaanku. Makasih banget ya. Kamu tau aja aku lagi pengen cornetto. Gerah gini enak nih makan cornetto” jawabnya dengan senang.
Kami berdua pun terlibat obrolan yang lagi lagi seru dengan sembari menikmati ice cream conetto. Ice cream yang ia makan tampak blepotan pada bibirnya. Aku coba bersihkan dengan tanganku. Kami pun bertatapan. Rasanya aku merasa nyaman bersamanya.

Langit tampak mendung. Aku pun bergegas mengambil sepeda motorku dan berpamitan pada yola. Dia mengibaskan tangan dengan senyuman manisnya. Aku pun pergi meningglakan kosannya. Setibanya dirumah terkadang rasa rindu muncul. Hingga sering setelah itu aku main-main ke kosan yola dengan membawakan ice cream kesukaan dia.

Lama kami menjalani hubungan pertemanan ini, dengan seperti biasa aku bawakan cornetto kesukaannya. Namun kali ini, dia menolaknya. Tampaknya dia berubah. Memang akhir-akhi ini dia tak lagi sama. Pantas saja setiap jam dan berhari hari aku tunggu Bbmnya tau whatsappnya tak pernah muncul dalam smartphoneku. Monitor laptopku juga tak pernah absen berada disisiku untuk memastikan dia sedang online. Karena itulah, tepat rasanya jika hari ini aku datang dan menemuinya untuk memastikan alasan dirinya berubah sikap saat ini. Dengan sedikit kecewa aku pergi kekosannya. Sesampainya di depan kamarnya aku ketuk pintunya. Dia keluar membukakan pintu dengan ekspresi wajah datar dan tidak disambut seperti biasanya.
“ada apa sebenarnya, kenapa kamu berubah?” tanyaku. Dia tetap saja diam seribu bahasa. Tidak ada respon dan hanya merunduk.
“ini aku bawain kamu cornetto kesukaanmu!” tambahku dengan senyuman. Namun tampaknya dia tetap saja terdiam dan membuatku justru malah bingung. Sedikit juga rasa kecewa mulai muncul.
“yasudah, ini aku letakkan diatas meja. Kamu makan ya yola!. Selain itu ada satu hal lagi yang ingin juga aku tanyakan ke kamu yola” ucapku dengan tak bersemangat.
“maukah kamu jadi pacarku?” tanyaku dengan menatap matanya. Namun dia tetap saja diam, diam dan diam. Rasa kecewakupun semaki menjadi. Aku putuskan untuk pulang.
“oke jika kamu diam, aku lebih baik pergi. Satu hal lagi. Kamu tidak perlu menjawabnya hari ini”. Aku pun pergi dengan rasa kecewa tak mendapatkan jawaban apapun yang aku ingin cari tau.

Cukup lama itu semua berlalu, hati dan perasaan kini telah berubah. Aku berusaha membuka hati kembali untuk orang lain. Awalnya begitu sulit bagiku membua hati untuk orang lain. Karena aku terlanjur sayang dengan yola. Aku telanjur cinta sama yola. Semua itu membuatku merasa tak berarti lagi memiliki hidup. Hari hari ku jalani dengan tanpa semangat hidup. Nafsu makanpun tak ada. Namun semua itu telah aku lewati. Kini aku berusaha menjalani hubungan dengan oran lain, risa namanya. Terkadang aku sering salah memanggil nama risa dengan yola. Namun aku yakin aku dapat melupakan semua masa lalu itu.

Suatu ketika aku mengajak risa jalan. Perjalanan yang awalnya ku merasa have fun banget. Tiba tiba aku teringat pada sesuatu dan membuatku merasakan sebuah kesedihan. Itu terjadi setelah aku melewati kosan yola. Cukup jauh sekitar 300 meter telah aku lewati kostan yola. Aku berpikir untuk kembali, setidaknya mengunjungi yola. Sesampainya disana aku tampak bingung. Kenapa kosan ini sepi. Risa pacarku juga bingung mengapa aku mengajak dia ketempat ini. Tak lama berselang ibu kost keluar dan menayakan namaku.
“siapa namamu nak? Apa yang kau lakukan disini?” Tanya ibu kost dengan ramah.
“aku iqbal, temennya yola. Yola ada bu?” tanyaku
“ohh, nak iqbal. Ini ibu ingin memberimu titipan ini. Kotak hijau dari yola. Dia sudah lama pergi dari sini. Katanya sih kembali ke kampung halamnya” kata ibu kost.
“terimakasih bu, kalau begitu aku juga ingin meminta alamat rumah yola bu” jawabku. Risa dengan sedikit bingung dan tampaknya juga mulai cemburu. Namun untung saja dia seorang cewek yang pengertian dan setia.

Hingga tiba dirumah setelah aku antarkan risa kerumahnya. Aku membaringkan tubuhku yang kelelahan diatas kasur empukku dikamarku tentunya. Aku coba lihat dan buka titipan kotak berwarna hijau. Aku buka dan isinya sebuah surat yang tampak cukup lama telah ditulis. Lembab dan sedikit sobek. Ku lihat dan baca seraya memahami baris per baris tulisan dalam surat itu.
“Maaf bal, aku tidak ada niatan untuk menolakmu. Sungguh, aku juga sayang kamu. Tapi ada hal yang kamu gak ketahui tentang aku. Saat ini tak ada lagi harapan buat aku. Sekarang aku ingin banyak menghabiskan waktu dengan keluargaku dikampung”.
Berulang kali aku baca. Hanya saja aku merasa bersalah telah pernah memaksakan kehendakku untuk menjadi kekasihnya. Tak habis pikir, aku pun bergegas menuju kampung halaman yola dengan alamat di secarik kertas yang kudapati dari ibu kostan yola.
Lama jalan yang aku tempuh, sekitar 3 jam perjalanan dari rumahku. Jarak yang jauh  ku kebut hanya untuk mengetahui keberadaan yola saat ini. Sengaja aku tak mengajak risa untuk pergi kali ini, selain itu aku juga telah bilang untuk butuh istirahat beberapa waktu.
Sesampainya dirumah yola tampak sepi sekali.
“yolaaa, yolaaa. Aku iqbal. Kamu keluar dong” teriakku dari depan pagar bambu rumah yola. Namun justru ibu yola yang membukanya. Dia menanyakan diriku dan asal usulku serta hubunganku dengan yola. Namun sebelumnya aku telah diajak masuk dan duduk di ruang tamu rumah yola. Pertanyaan demi pertanyaan yang ibu yola tanyakan, aku jawab. Ibu yla pun bercerita, pada saat itu bapaknya sakit keras. Dia terkena penyakit diabetes. Tak lama kemudian dia pun meninggal. Yola begitu sayang sama bapaknya. Apa saja yang yola inginkan, pasti bapak berusaha keras mengabulkannya. Kini yola sangat depresi berat, akhirnya la akibat itu juga, ibu baru tau yola mengidap sebuah kanker yang merenggut penglihatannya. Kini dia tak dapat bertahan lama. Kanker itu mengganas. Ibu yola tak memilki penghasilan yang cukup, dia hanyalah seorang penjual rujak keliling. Yola pun terpaksa menjual handphonenya demi pengobatannya.
Panjang cerita yang aku dengar, hingga tak jarang aku hanya dapat terdiam dan merasa bersalah. Tiba tiba aku mulai curiga dengan suara isak tangis dari balik kamar dekat ruang tamu.
“maaf ibu, siapa yang menangis itu? Bolehkah saya melihatnya” tanyaku.
Ibu yola hanya menggangguk dengan tangan kanannya menutup mulut seperti tak kuasa untuk menerima takdir tuhan yang telah diberikan pada yola. Aku pun membuka tirai kamar, dan betapa terkejutnya yola meraba-raba meja untuk mendapatkan air minum, gelas disampingnya pun pecah. Yola  hanya dapat menangis. Aku pun tak kuasa untuk menahan air mata.


“yolaa, yolaa. Ini aku iqbal. Aku disampingmu” ku coba tuk duduk disamping yola dikasur yang cukup kecil.
“iqbal, iqbal dimana kamu. Kamu dimana?” tanyanya dengan tangan gemetar mencari wajahku.
“aku disini yola” kuraih tangan yola dan menggiringnya menyentuh pipiku.
“maafkan aku iqbal, maafkan aku” kata yola sambil gemetaran meraba wajahku.
“tidak ada yang perlu dimaafkan yola” jawabku dengan lembut
“aku minta maaf, aku bisa jelasin semuanya” kata yola.
“baiklah, aku akan mendengarkannya” tambahku.
Yola pun bercerita panjang lebar. Dia juga menceritakan betapa perihnya kehilangan bapaknya. Dia bercerita cukup lama hingga hampir malam.
“yola, sudahlah, istirahat. Giliranku untuk bercerita sebenarnya apa yang terjadi selama ini” kataku. Aku pun bercerita pada yola hingga larut malam. Dia tertidur karena kelelahan. Aku pun juga tertidur disamping  kasur yola dengan memegang tangan yola.
Esok harinya ketika sinar matahari pagi menyilaukan mataku. Aku terbangun, dan berusaha membangunkan yola juga.
“yola, hayo bangun. Ini sudah pagi” aku menepuk halus tangannya. Namun yang kurasakan begitu dingin suhu tubuhnya.
“yolaa? Yolaaaa? Bangun yola! Yolaaa!” aku pun mulai panik. Tidak ada respon sedikitpun darinya.
“yoolaaa!!! Bangun yolaaaa!!!” aku berteriak hingga mengundang ibu yola datang kekamarnya.
“ada apa nak iqbal? Ada apa?” kata ibu yola
“yola buuuu, yolaaaa. Nadinya tidak berdenyut” jawabku penuh tangis.
“apa? Yolaaaaa!!” ibu yola kaget dan langsung memeluk tubuh yola erat erat.
Aku pun pergi keluar rumah mencari udara segar dan menenangkan pikiran. Air mataku tak kunjung selesai mengetahui yola telah pergi. Aku benar benar tak kuasa dan hanya bisa menangis.

Beberapa jam telah aku habiskan untuk menenangkan diri.
Aku kembali ke rumah yola, karena ku rasa perasaanku mulai tenang.
“nak iqbal, yola menitipkan ini” ibu yola memberikan ice cream cornetto cokelat untukku.
 “nak iqbal. Itu ice cream 3 hari lalu yang dia beli. Dia begitu memaksakan dirinya untuk membelinya. Ibu udah ngelarang. Tokonya jauh dari rumah. Dan dia tidak dapat melihat apa-apa. Jadi ibu harus mengantarnya. Sempat ibu tanyakan mengapa dia ingin menyimpan ice cream ini, justru bukan memakannya. Ternyata ini buat kamu. Tengah malam dia terbangun dan memanggil ibu. Dan memberi tau mengenai ice cream cornetto itu, Pas ketika kamu kelelahan di tengah malam nak” cerita ibu yola.
Aku pun tak bisa menahan air mata untuk jatuh kembali. Aku mengambil ice cream itu  dan membawanyaa pergi kerumah. Aku berpamitan pada ibu yola, dia memelukku dengan penuh tangisan kesedihan. Ku ambil sepeda motorku dan pergi menuju sebuah taman di kota tempat tinggalku. Aku mengebut dijalanan seolah tak menghiarukan kecelakaan yang bisa terjadi padaku. Setibanya aku duduk disebuah kursi taman di tengah taman kota. Langit sudah tampak mendung. Rintik hujan tak memberikanku respon untuk pergi dari tempat itu. Tiba-tiba ada sebuah payung berada diatas kepalaku dengan tangan seorang perempuan memegangnya. Kulihat wajah itu, dan rupanya risa pacarku.
“begini rupanya kmu pada orang yang kamu sayang. Kamu tak menghargainya. Kenapa kau tak makan ice cream itu. Kenapa kau tak hargai pemberian terakhirnya” bentak risa terhadapku.
“kamuu? Darimana kamu tau?” tanyaku dengan gugup dan gemetaran karena dingin setelah hampir berjam-jam kehujanan.
“aku tau semuanya. Karena aku sering membuntuti kamu kemana saja. Hanya kamu tak pernah sadar aku ada disekitarmu. Sekarang makan cornetto itu. Rasa cokelat kesukaanmu kan? Kenapa gak kamu makan??” Tanyanya dengan keras.
“sayang rasanya untuk memakannya. Aku tak sanggup. Dia buta saat itu, dan menyempatkan dirinya untuk membelikan ini buat aku! Kamu gak ngerti” bentakku pada risa.
“iqbal, sekarang gini. Cinta yang tak pernah kamu rasakan dari yola. Sekarang dalam wujud ice cream itu. Kenapa gak kamu makan. Cinta itu akan mengalir dalam tubuhmu. Yup, tentu saja cinta dan perjuangan yola untuk mendapatkan itu” risa memberikan penjelasan.
Akhirnya aku pun terdiam. Dan perlahan aku buka tutup ice cream itu. Dan ku coba nikmati walau sudah sedikit encer. Namun rasanya begitu nikmat. Ice cream dari orang yang kita cintai dengan setulus hati memberikannya. Rasanya tidak seperti biasanya. Aku menetesakn air mata ketika ku coba habiskan cornetto pemberian yola.
Risa pun melempar payung itu jauh. Dan memeluk tubuhku yang kedinginan. Aku pun kembali memeluknya.
“maafkan aku, aku tak akan pernah menyianyiakan orang yang benar benar mencintaiku. Maafkan aku risa. Aku tak akan mau terulang lagi penyesalan. Makasih udah mau setia selama ini” ucapku pada risa. Risa pun mengagguk yang berati dia memaafkan aku.
Aku pun pergi meningglakan bungkus cornetto itu. Dan pergi membawa pelajaran hidup baru.
Meninggalkan orang yang kusayangi pergi ke tempat yang indah. Sesekali selepas kejadian itu aku mengunjungi makam yola untuk sekedar melepas kerinduanku ditemani risa sebagai istri baruku.

-SEKIAN-



Tidak ada komentar:

Posting Komentar